Pemirsa, salam jumpa kembali di channel wong curahjati semoga hidup anda dipenuhi dengan berkat sehat sukses dan bahagia selalu video clip ini merupakan revisi dari unggahan sebelumnya yang admin hapus karena ada masalah teknis yakni kualitas audionya yang buruk sekali berdasarkan feedback dari para pemirsa yang mengeluhkan kualitas suara naratornya maka video ini sebagai revisinya ya Meskipun tidak bagus-bagus amat sih tapi setidaknya masih akan lebih bisa didengarkan daripada yang sebelumnya dalam video ini kita akan menelusuri asal-usul Wangsa Syailendra yang pernah menjadi penguasa di dua kerajaan besar yakni Sriwijaya di Sumatera dan Medang atau Mataram Kuno di Jawa kita juga akan membahas Ratu Sima penguasa Kalingga yang dikenal sebagai Ratu Adil dari Kalingga Ratu Shima dikenal sebagai Ratu Adil dari Kerajaan Kalingga sebab ketika memerintah Ratu Sima menegakkan hukum secara adil dan tegas tanpa pandang bulu termasuk kepada putranya sendiri ketegasan Ratu Shima dalam menegakkan keadilan ini terkenal sampai ke negeri-negeri yang jauh sampai ke Tiongkok dan bahkan sampai ke Andalusia Siapakah sesungguhnya Ratu Sima dari mana asal-usulnya Benarkah Ratu Sima seorang penguasa Muslim pertama di Nusantara yang menerapkan Syariat Islam secara ketat Ratu yang dipandang sebagai ibu yang menurunkan raja-raja dari Dinasti Syailendra Dinasti Sanjaya hingga dinasti Isyana itu sesungguhnya tokoh historis atau hanya dongeng belaka.Pertanyaan-pertanyaan itu akan

kita bahas tuntas dalam video ini. Mari simak hingga selesai. Asal-usul Ratu Sima dapat kita ketahui dengan menelusuri asal-usul dan silsilah raja-raja Kalingga tentang hal ini sebenarnya admin sudah pernah bahas dalam unggahan sebelumnya namun ada baiknya kita review lagi agar kita mengetahui konteks pembahasan kita selanjutnya Kerajaan Kalingga didirikan oleh para pelarian dari Kerajaan Kalingga di Odissa India. Mereka meninggalkan negaranya karena mendapat serangan dari kerajaan lain. Prabu Wasumurti bersama para pengikutnya mendarat di pantai utara Pulau Jawa kemudian mendirikan kerajaan di tempat itu. Mereka mendirikan kerajaan Kalingga yang berpusat di sekitar Pekalongan dan Batang saat ini Prabu Wasumurti menjadi raja pertama yang naik tahta pada tahun 594 masehi Prabu Wasumurti mempunyai dua orang anak yakni anak laki-laki bernama Wasugeni dan anak perempuan bernama Dewi Wasundari atau Badrawati Dewi Sundari menikah dengan Santanu Hai asal-usul Santanu masih belum jelas darimana dan siapa namun menelusuri kisah selanjutnya kita akan dihadapkan pada kemungkinan bahwa santanu adalah seorang bangsawan dari salah satu kerajaan di Sumatera yang di dalam darahnya mengalir darah bangsawan Tarumanegara dan bangsawan Kerajaan Melayu Asal-usul Santanu ini sangat penting untuk mengungkap asal-usul Wangsa Syailendra yang pernah memerintah di Sumatera maupun di Jawa setelah memerintah selama sebelas tahun Prabu Wastumurti wafat kemudian digantikan oleh putranya Prabu Wasugeni Prabu Wasugeni naik tahta pada tahun 650 masehi Prabu Wasugeni mempunyai dua orang anak.Anak laki-laki bernama Wasudewa dan anak perempuan bernama Dewi Wasuwari atau Sampula Dewi Wasuwari atau Sampula ini kemudian hari ini dikenal dengan nama Ratu Sima berdasarkan silsilah ini kita ketahui bahwa Ratu Sima adalah keturunan asli penguasa Kalingga maka ketika kelak dirinya melanjutkan Tahta Kalingga dia tidak perlu lagi menjelaskan silsilahnya sebab rakyatnya telah tahu bahwa dia adalah keturunan dari Prabu Wasumurti Dewi Wasuwari atau Ratu Sima menikah dengan sepupunya yang bernama Dapunta Selendra Dapunta Selendra adalah putra bibinya Badrawati alias Wasundari dari perkawinannya dengan Santanu Rabu masuk ini memerintah selama 20 tahun setelah wafat Prabu Wasuwari ini kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Wasudewa Prabu Wasudewa naik tahta pada tahun 632 masehi pada saat yang sama di tahun yang sama yakni tahun 632 masehi Santanu menahbiskan diri sebagai raja dengan pusat kerajaannya ada di Jepara maka ada dua raja yang muncul di saat yang sama dari satu keluarga, yakni Keluarga Kerajaan Kalingga periode ini dapat kita sebut sebagai periode dua raja atau dualisme Raja tidak diketahui yang bernama Kerajaan Kalingga atau Keling atau Holing yang sebenarnya yang mana Apakah kerajaan yang didirikan oleh Wasumurti atau yang didirikan oleh Santanu atau kedua-duanya disebut Kerajaan Kalingga nama kerajaan Kalingga sendiri menurut Profesor Agus Aris Munandar Hanyalah penafsiran para ahli dengan merujuk pada catatan-catatan dari kronik Tiongkok yakni Kerajaan Holing adanya dualisme raja namun tidak diketemukannya konflik di antara keduanya menunjukkan bahwa sebenarnya Santanu adalah juga keturunan raja yang seharusnya naik tahta dari mana kerajaan dan asal-usulnya akan kita ketahui setelah kita menelusuri silsilah ini sampai selesai Prabu Santanu menjadi raja dengan gelar Hirata singa yang memerintah selama 16 tahun kemudian digantikan oleh putranya Prabu Dapunta Selendra Prabu Dapunta Selendra naik takhta pada tahun 648 masehi dengan gelar Kartikeyasinga Sementara itu di Keraton satunya Prabu wasudewa memerintah selama 20 tahun setelah mangkat Prabu Wasudewa gantikan oleh putranya yang bernama Prabu Wastukawi Prabu Wasukawi naik takhta pada tahun 652 pada tahun 666 Prabu Wasukawi mangkat tanpa memiliki keturunan maka yang berhak untuk mewarisi Tahta adalah adik ayahnya yakni, Dewi Wasuwari alias Sampula pen names Ratu Sima Ratu Sima menyerahkan tahtanya kepada suaminya, Dapunta Selendra Kartikeyasinga maka dapunta selendra kartikeyasinga kemudian menjadi Maharaja yang menguasai dua Keraton yakni Keraton Pekalongan Batang dan Keraton Jepara dapunta selendra meninggalkan prasasti yang ditemukan di desa sojomerto di daerah Batang Jawa Tengah dalam prasasti Itu dapunta selendra menjelaskan nama ia santanu nama Ibunya badrawati dan nama istrinya sampula prasasti version seperti ini menurut para ahli biasa dibuat oleh raja-raja yang membutuhkan legitimasi karena memerintah bukan dari haknya dalam hal ini Dapunta Selendra menjadi Maharaja karena istrinya dan karena ibunya yang adalah pewaris Tahta Kalingga pada saat Prabu Wasukawi mangkat di tahun yang sama pada tahun 666 masehi di Tarumanegara, Prabu Nagajayawarman juga mangkat.Prabu Nagajayawarman digantikan oleh putranya Linggawarman Linggawarman mempunyai dua orang anak semuanya perempuan anak pertama bernama Dewi Manasih menikah dengan Tarusbawa sedangkan anak kedua bernama Sobakancana Menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Linggawarman memerintah hanya empat tahun Pada tahun 669, tahta dilanjutkan oleh menantunya, Tarusbawa Namun ketika Tarusbawa mengangkat dirinya sebagai raja Tarumanegara menggantikan mertuanya Tarusbawa mendapat perlawanan atau penolakan dari Wretikandayun yang adalah raja bawahan di kerajaan Galuh Wretikandayun adalah generasi keempat

keturunan raja Tarumanegara ke-7 Prabu Suryawarman Wretikandayun mendapatkan dukungan dari raja-raja bawahan Tarumanagara Mendapatkan penolakan dari Wretikandayun, akhirnya pada tahun 671 Tarusbawa memindahkan pusat kerajaannya dan mengubah namanya menjadi Kerajaan Sunda dengan demikian riwayat Tarumanagara berakhir dan diteruskan oleh dua kerajaan yang muncul kemudian yakni kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh sementara itu Dapunta Hyang Srijayanasa bersama Sobakancana pergi ke Sumatera dan mendirikan kerajaannya sendiri di sana Dapunta Hyang Srijayanasa mendirikan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671 masehi menarik untuk menelisik siapakah sebenarnya Hapunta Hyang Srijayanasa hanya seorang raja atau putra raja yang dapat menikahi putri raja ketika itu kalau begitu dari kerajaan mana asal-usul pendiri Sriwijaya itu hal ini membuka kemungkinan bahwa Dapunta Hyang bersaudara dengan Dapunta Selendra, Maharaja di Kalingga Meskipun tidak ada prasasti ditemukan yang menerangkan silsilah Dapunta Hyang Srijayanasa namun sepenggal informasi dari Naskah Wangsakerta dapat membuka tabir misteri asal-usul dapunta Hyang naskah itu mengatakan bahwa Prabu Purnawarman Raja ketiga Tarumanegara mempunyai dua orang anak laki-laki dan perempuan anak laki-laki bernama Wisnuwarman yang kelak menggantikannya sebagai raja sedangkan anak yang perempuan berparas sangat cantik dinikahi oleh seorang raja dari Swarnabhumi yang dari keturunan-keturunan mereka telah lahir seorang yang gagah perkasa yakni dapunta Hyang Srijayanasa dari informasi ini kita mengetahui bahwa dalam diri Dapunta Hyang mengalir darah bangsawan Tarumanegara dan bangsawan Melayu Jika kita menghubungkan Dapunta Hyang dengan Dapunta Selendra sebagai kakak dan adik, tampaknya sangat mungkin.Selain kesamaan nama atau gelar yang dipakai, yakni Dapunta terlihat juga bahwa Dapunta Hyang asalnya bukan dari Sumatera Dapunta Hyang pergi ke Sumatera dan mendirikan kerajaan di sana setelah menikahi putri raja Tarumanegara maka sangat mungkin dapunta Hyang berasal dari kerajaan Kalingga yakni adik Dapunta Selendra Putra Santanu jika dalam diri dapunta Hyang mengalir darah bangsawan Tarumanagara dan darah bangsawan Melayu maka hal yang sama ada pada Dapunta Selendra juga ada pada ayahnya, Santanu dengan demikian misteri asal-usul Santanu yang mengangkat diri menjadi raja di Kalingga sementara pada saat yang sama Kalingga masih mempunyai pewaris tahta kemungkinan karena Santanu mendapatkan dukungan dari Tarumanegara Pertanyaan selanjutnya, bagaimana Santanu dan keluarganya berasal dari Kerajaan Melayu bisa terdampar di Jawa dan mendirikan kerajaan di Jawa?

Menikahi putri Raja Kalingga yakni Wasundari atau Badrawati, putri Prabu Wastumurti bukanlah alasan utama Santanu menetap di Jawa biasanya seorang putri raja yang dinikahi oleh raja atau putra raja, putri itu diboyong ke istana suaminya namun ini tidak.Maka besar kemungkinan Santanu terusir dari kerajaannya Hal itulah yang menjadi concept Dapunta Hyang pergi ke Sumatera untuk menuntut hak tahta ayahnya yang kemungkinan telah dikuasai oleh orang lain setelah menikahi putri dari Tarumanegara Dapunta Hyang Srijayanasa mendapatkan dukungan tentara dari Kerajaan Tarumanegara untuk dibawa ke Sumatera dan menguasai kembali wilayah kekuasaan leluhurnya Dapunta Hyang memang tidak langsung menyerang Kerajaan Melayu kemudian merebut tahta kerajaan Melayu dan muntah yang mendirikan kerajaan baru yakni Sriwijaya setelah itu berdasarkan prasasti-prasasti siddhayatra Dapunta Hyang menyerang Kerajaan Melayu yang telah berganti nama menjadi kerajaan Minanga Kemungkinan bahwa Dapunta Hyang masih satu rumpun dengan Dapunta Selendra terlihat juga dari prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh kedua raja itu yakni sama-sama menggunakan bahasa Melayu kuno hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan penguasa yang berasal dari wangsa asli Nusantara bukan dari India karena Wangsa yang berasal dari India biasanya ia menerbitkan prasastinya menggunakan bahasa Sansekerta empat tahun setelah dapunta Hyang Srijayanasa mendirikan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Dapunta Selendra Kartikeyasinga mangkat Dapunta Selendra memerintah selama 26 tahun, 8 tahun menjadi Maharaja Tahta kemudian dilanjutkan oleh istrinya Sampula alias Wasuwari pen name Ratu Sima Ratu Sima naik tahta pada tahun 674 masehi dengan gelar Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara pada masa pemerintahan Ratu Sima, Kalingga mencapai puncak kejayaannya dikisahkan bahwa Ratu Sima memerintah dengan adil dan bijaksana Ratu Sima menerapkan hukum secara tegas tanpa pandang bulu termasuk kepada anggota keluarganya Ratu Shima adalah penganut Hindu Siwa, namun para penganut Buddha mendapatkan juga perlindungan dan hak yang sama biksu penjelajah dari Cina bernama I Tsing ketika mengunjungi Kalingga pada tahun 674 mengisahkan bahwa di Kalingga agama Buddha berkembang sangat baik I Tsing menjumpai ada seorang biksu dari Cina bernama Hwising yang tinggal di Kalingga untuk menerjemahkan kitab-kitab Buddha ke dalam bahasa China Hwising dibantu oleh seorang sarjana pribumi dan juga penganut Buddha bernama Janabadra karena ketegasan dan keadilan yang dijunjung tinggi oleh Ratu Sima membuat dirinya terkenal hingga ke mancanegara sampai ke Cina bahkan konon sampai ke Andalusia Ada sebuah legenda yang hidup di tengah masyarakat legenda ini juga dicatat dalam kronik Tiongkok dari masa Dinasti Flavor legenda yang mengisahkan tentang sikap tegas tanpa pandang bulu Ratu Sima ketika memerintah dikisahkan bahwa rakyat Kalingga hidup sejahtera dan aman tidak ada orang yang berani mengambil barang yang bukan miliknya barangsiapa mengambil barangnya siapa barangsiapa mencuri atau mengambil barang yang bukan miliknya maka hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman mati kepada orang itu suatu ketika ada seorang dari negeri asing yang datang untuk membuktikan bahwa hukum dan keadilan Apakah memang benar-benar ditegakkan oleh Ratu Sima orang asing itu meletakkan bungkusan berisi emas di pinggir jalan tiga tahun lamanya di pinggir jalan tidak ada seorangpun menyentuh buku San itu sampai akhirnya Pangeran kerajaan YouTube mendapatkan laporan tentang keberadaan bungkusan di pinggir jalan itu sang pangeran memeriksa bungkusan itu untuk memastikan apa gerangan isi bungkusan itu pameran itu menyentuhnya dengan menggunakan dari kakinya namun tindakan sang pangeran itu ternyata dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum ketika itu Sebab Dia telah menyentuh barang yang bukan miliknya sang pangeran dilaporkan kepada Ratu Sima Ratu Sima kemudian menjatuhkan hukuman mati kepada Pangeran itu Pangeran itu yang tidak lain adalah anaknya sendiri Namun karena sang pangeran mendapatkan pembelaan dari para pejabat istana bahwa sang pangeran tidak bersalah dalam kasus ini kalau maksudnya bukan untuk mencuri melainkan untuk memeriksa lagipula sang pangeran hanya menyentuh menggunakan jari kakinya kemudian membiarkan barang itu tetap berada di tempatnya jika sangat hendak menjatuhkan hukuman yang adil kepada putranya Janganlah menjatuhkan hukuman mati melainkan cukup memotong jari kaki yang telah menyentuh barang itu akhirnya sang ratu menjatuhkan hukuman pemotongan jari kaki kepada putranya sendiri Wah ini jadi kepikiran nih kalau ada begal payudara nih habis lu tangan loh dari perkawinannya dengan kartikeyasinga Ratu Sima mempunyai dua orang anak yakni anak pertama perempuan bernama Dewi Parwati karena laki-laki bernama rakryan Narayana atau juga disebut Jy Shima jika legenda itu benar maka pangeran yang dipotong jadi kakinya itu tidak lain adalah Narayana atau Jay Shima Hukuman pemotongan jari kaki oleh Ratu Sima kepada putranya sendiri itu mengingatkan kita pada hukuman qisas yang diterapkan para penguasa muslim yang menjadikan syariat Islam sebagai hukum negaranya hal ini membuka peluang bagi beberapa pihak yang membuat narasi bahwa Ratu Sima adalah seorang penguasa muslim pertama di tanah Jawa yang memeluk Islam karena berinteraksi dengan para pedagang muslim yang berlabuh di kotanya Benarkah Ratu Sima seorang penguasa muslim pertama di tanah Jawa Bali kita telusuri kebenaran dari cerita ini kronik Tiongkok yang menceritakan tentang kisah Ratu Sima tadi mencatat bahwa orang asing yang menaruh bungkusan emas di pinggir jalan itu adalah raja dasi dalam catatan-catatan Tiongkok masa itu istilah rajvee mengacu pada raja-raja muslim Jika benar demikian Siapa raja muslim yang mengunjungi Tanah Jawa pada masa itu Bukankah Pada masa itu Islam baru-baru mulai muncul di Jazirah Arab Konon admin sendiri nih belum memeriksanya ya Ada sebuah dokumen yang tersimpan di sebuah gallery di Granada Spanyol menyebutkan bahwa khalifah Utsman bin Affan pernah memutus seorang bernama muawiyah Container Abu Sufyan untuk menyebarkan Islam di China dan di Nusantara dokumen ini yang menjadi dasar argumentasi bahwa Raja Da-Zi yang memuji ketegasan Ratu Shima di Jawa itu dengan meletakkan sekantong emas di pinggir jalan adalah Muawiyah Container Abu Sufyan salah satu yang berpendapat demikian adalah Buya Hamka beberapa cendikiawan mendukung kemungkinan itu sebab Muawiyah Container Abu Sufyan adalah seorang dari kalangan sahabat Nabi yang menjadi pelopor angkatan laut muslim Muawiyah Bin Abu Sufyan ini yang kemudian mendirikan kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia Spanyol argumen ini ditegaskan dengan adanya bukti bahwa ini pun masih katanya ya antara tahun 717 hingga tahun 718 masehi terjadi korespondensi dan hubungan diplomatik antara Maharaja Sri indrawarman dari Sriwijaya dengan kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia Sri indrawarman adalah raja kedua Sriwijaya yang menggantikan ayahnya, Dapunta Hyang Srijayanasa Hal ini menjadi dasar argumentasi yang menguatkan pendapat bahwa Muawiyah Container Abu Sufyan pernah mengunjungi pulau Jawa dan Sumatera yakni singgah di Kalingga dan di Srijaya bisa selanjutnya mengikuti pendapat yang itu tadi dikatakan Sri Indrawarman dan Jay Shima, Putra Ratu Sima akhirnya momemluk Islam namun pendapat ini tidak terbukti setelah kita menelisik perjalanan sejarah kedua kerajaan itu Sriwijaya tetap menjadi kerajaan yang bercorak Buddha bahkan kemudian menjadi pusat studi dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara sedangkan Jay Shima ketika menjadi raja kerajaannya bercorak Hindu Meskipun demikian pendapat bahwa Muawiyah Container Abu Sufyan pernah mengunjungi pulau Jawa mungkin saja Jika benar, maka sebuah penjajakan terhadap upaya penyebaran Islam di Nusantara termasuk di Pulau Jawa telah dimulai sejak awal sekali ketika Islam baru mulai tumbuh dan sangat mungkin itu terjadi pada masa Ratu Sima memerintah Namun tidak terbukti bahwa Ratu Sima maupun putranya Jay Shima juga Sri indrawarman Raja Sriwijaya telah memeluk Islam Prasasti Kota Kapur yang bertarikh tahun 650 Saka atau tahun 686 masehi dibuat ketika pasukan Sriwijaya sedang menuju ke Jawa untuk melakukan penaklukan prasasti ini adalah salah satu dari banyak prasasti kutukan atau biasa juga dikenal dengan “Batu Persumpahan” yang mengutuk para datu atau raja yang tidak mau tunduk kepada Sriwijaya Meskipun prasasti itu mencatat bahwa pasukan Sriwijaya sedang menuju ke Jawa untuk menyerang namun di Jawa tidak dijumpai catatan berupa prasasti maupun manuskrip atau bahkan cerita rakyat yang menceritakan adanya serbuan Sriwijaya terutama pada masa Ratu Sima memerintah hal ini bisa menunjukkan dua hal.Pertama, bahwa pulau Jawa ditaklukan Sriwijaya tanpa melalui peperangan Kedua, Sriwijaya batal menyerang dan tidak pernah menguasai Pulau Jawa mana yang benar dari dua kemungkinan itu? Mari kita telusuri kisah selanjutnya. Penyerangan Sriwijaya ke pulau Jawa sangat mungkin ditujukan kepada Kalingga Ada dua alasan Pertama, Kalingga mempunyai pelabuhan yang penting dan menguasai jaringan Niaga Hindu bersama Galuh di pulau Jawa dan Minanga di Sumatera Kedua, Dapunta Selendra Kartikeyasinga sudah wafat. Yang berkuasa adalah istrinya, Ratu Sima.Ratu Sima. sebagaimana sudah kita singgung tadi adalah keturunan dari Prabu Wasumurti yang asal-usulnya dari Kerajaan Kalingga di India artinya Ratu Sima bukan dari Dinasti Syailendra ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa Dapunta Hyang sebenarnya berniat untuk memperistri janda dari Dapunta Selendra yang adalah kakaknya sebab Ratu Sima terkenal sangat cantik namun Sang Ratu menolaknya karena itulah, DapuntaHyang berencana menyerang Kalingga alasan lain, rencana penyerangan itu terkait upaya Dapunta Hyang untuk menguasai jaringan perdagangan Hindu yang dikuasai oleh Kalingga, Galuh dan Minanga Kalingga sendiri telah membangun aliansi dengan kerajaan Galuh. Persekutuan itu diikat melalui pertalian kekerabatan Ratu Sima bersama mendiang suaminya Dapunta Selendra mempunyai dua anak, yakni Dewi Parwati dan Rakreyan Narayana. Dewi Parwati menikah dengan putra Prabu Wretikandayun yang bernama Rahyang “Mandiminyak Selain membangun aliansi dengan kerajaan Galuh, sejak masa pemerintahan Dapunta Selendra Kalingga telah membangun persekutuan dengan ke kaisaran Cina Naskah Wangsakerta menyebutkan duta kerajaan cina ada di Kalingga begitu juga duta Kalingga ada di Cina hal ini diperkuat oleh catatan I Tsing tentang biksu yang bernama Hwising yang tinggal di Kalingga kemungkinan Hwising inilah yang menjadi duta ke kaisaran Cina di Kalingga serangan Sriwijaya ke Jawa urung dilakukan karena Wretikandayun, raja kerajaan Galuh melakukan diplomasi dengan Sriwijaya agar tidak meletus perang yang dapat meluluhlantakkan banyak hal sebagai gantinya, Galuh, Sunda, dan Kalingga menyerahkan pelabuhan-pelabuhan kepada Sriwijaya Karena itulah Ratu Sima kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke dataran tinggi Dieng disekitar daerah Wonosobo saat ini kronik Tiongkok dari masa Dinasti Tang menceritakan bahwa Ratu Sima membangun benteng-benteng yang terbuat itu enggak tonggak kayu untuk melindungi istananya Sang Ratu tinggal disebuah rumah bertingkat yang atapnya terbuat dari daun nipah Singgasananya terbuat dari gading rakyat Kalingga hidup aman dan makmur sebab Ratu Sima memerintah dengan sangat adil dan bijaksana rakyat di kerajaan ini terkenal pandai membuat minuman keras komoditas yang dihasilkan oleh kerajaan ini adalah kulit penyu gading gajah emas dan perak Ratu Sima memerintah selama 21 tahun yakni dari tahun 674 hingga tahun 695 masehi Pada akhir kekuasaannya dia membagi dua kerajaannya untuk diserahkan kepada kedua anaknya pembagian ini sebagai wujud keadilan yang tanpa pilih kasih kepada kedua anaknya, baik laki-laki maupun perempuan Dua kerajaan itu adalah kerajaan Keling atau biasa juga disebut Bhumisambhara yang diserahkan kepada putranya Rakryan Narayana Rakryan Narayana naik tahta di kerajaan Keling Bhumisambhara pada tahun 695 dengan gelar Prabu Narayana Keswarawalingga Kerajaannya satunya adalah kerajaan Medang yang biasa juga disebut bumi Mataram kerajaan ini diserahkan kepada Dewi Parwati Dewi Parwati menjadi rani di kerajaan Medang Bhumi Mataram pada tahun 695 dengan gelar Parwati tunggal Pratiwi jalur keturunan dari Parwati inilah yang kelak meneruskan kejayaan Dinasti Syailendra yang kemudian berubah menjadi dinasti Sanjaya dan selanjutnya menjadi dinasti Isana

As found on YouTube

Follow IG @PendongengMerah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *