Menurut kalian, ilmu pengetahuan itu ditemukan … atau diciptakan? Jawabannya, bukan diciptakan, tapi ilmu pengetahuan itu sebenarnya ditemukan. Tapi tunggu dulu. Terus, kalo gitu, di mana semua ilmu kita ini ditemukan, dikumpulin, dan diturunin ke kita? Kalo kita taunya sains asalnya dari tempat-tempat ini aja, sebenernya kita salah. Karena ternyata, ada satu peradaban yang telah berhasil ngehimpun berbagai ilmu, bahkan sampe terkenal sebagai pusat sainsnya dunia– yang warisannya masih ada sampai sekarang. Tanpa berlama-lama, inilah dia kisahnya. Jadi pas Eropa masih terjebak di masa kelamnya, peradaban satu ini ternyata udah lebih dulu mencapai kejayaan.
Ketika pendiri peradaban Islam ini kemudian meninggal, para penerusnya lanjut memperluas kekuasaan hingga berkembang pesat sekali. Dan saat tempat ini kemudian jadi ibu kota, ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia word play here mulai dikumpulin. Posisinya yang strategis dan pembangunan besar-besaran yang dilakuin bikin ibu kota ini jadi pusat perdagangan serta pusat ilmu dan kebudayaan selama 500 tahun lamanya! Bahkan, sampe ngalahin kota-kota terkenal di dunia. Dan, semua kesuksesan itulah yang bikin periode ini dikenal sebagai Masa Keemasan Islam. Dan, bukti utamanya bisa diliat dari sebuah perkumpulan yang melahirkan banyak penemuan bernama … Rumah Kebijaksanaan. Tempat apakah itu? Jadi bayangin tempat ini adalah tempat nongkrongnya orang-orang pinter dan bijaksana. Dan sejak sang pemimpin naik kekuasaan, tempat ini tuh jadi makin maju. Sampai puncaknya, muncullah gerakan intelektual yang ibaratnya jadi jantungnya perkumpulan ini. Para pemimpin kala itu bahkan ngedorong penerjemahan berbagai buku sains dan filsafat dari berbagai bahasa, jadi bahasa Arab biar semua ilmu itu bisa dikuasain oleh masyarakat. Semangat mereka adalah bahwa kebenaran itu bisa ditemukan oleh siapapun, dan engga perlu malu untuk ngakuin kebenaran yang ditemuin oleh orang asing. Hal ini jugalah yang ngejadiin bahasa Arab kemudian sebagai bahasa paling penting di dunia selama berabad-abad pada saat itu.Dan ya, semua
itu terjadi sebelum ada Google Translate ~ Makanya pada masanya, Rumah Kebijaksanaan dikenal sebagai pusat sains yang salah satu isinya itu adalah perpustakaan terbesar di dunia. Dan berkatnya juga, berbagai sains dan filsafat jadi menyatu ke dalam peradaban Islam. Hingga akhirnya, lahirlah tokoh-tokoh yang buah pemikirannya kita warisi sekarang, lewat guru-guru kita saat ini. Tapi pertanyaannya: memang, apa rahasia mereka? Kenapa sang Rumah Kebijaksanaan ini bisa semaju itu pada masanya? Kalo bisa dibilang, kuncinya satu: karena penuh semangat buat mencari kebenaran, mereka itu gak ngebeda-bedain siapa yang nemuin kebenaran itu. Iya, jadi ilmuwan dan orang-orang bijaksana di sana itu, mereka itu suku dan agamanya beragam. Dan berkat ngerangkul perbedaan inilah, mereka bisa menemukan berbagai ilmu pengetahuan dan akhirnya mengembangkannya. Kenapa begitu? Karena seperti kata filsuf Islam pertama ini, semangat intelektual Islam itu adalah semangat mencari hakikat kebenaran– dan kebenaran, bisa ditemukan oleh siapapun.Coba aja dulu orang-orang di sana tertutup dan diskriminatif, peradaban Islam mungkin pada saat itu … gak akan bisa mencapai masa keemasannya. Jadi itulah jawaban di balik Rumah Kebijaksanaan. Keterbukaan buat sama-sama belajar– meskipun berbeda latar belakang suku dan agama– bikin mereka berhasil jadi pusat sains dunia. Dan tentu aja, inilah yang harus kita tiru di keseharian kita, terutama di tempat kita nyari ilmu. Karena kita juga kayak mereka– terdiri dari beragam suku dan agama. Dan keragaman inilah yang jadi aset yang perlu kita maksimalin buat mencerdaskan kita. Makanya, rangkul mereka yang berbeda, dan kita akan jadi lebih kaya akan sudut pandang dan wawasan. Dan seperti biasa, terima kasih.
Posisinya yang strategis dan pembangunan besar-besaran yang dilakuin bikin ibu kota ini jadi pusat perdagangan serta pusat ilmu dan kebudayaan selama 500 tahun lamanya! Iya, jadi ilmuwan dan orang-orang bijaksana di sana itu, mereka itu suku dan agamanya beragam. Dan berkat ngerangkul perbedaan inilah, mereka bisa menemukan berbagai ilmu pengetahuan dan akhirnya mengembangkannya. Karena seperti kata filsuf Islam pertama ini, semangat intelektual Islam itu adalah semangat mencari hakikat kebenaran– dan kebenaran, bisa ditemukan oleh siapapun.Coba aja dulu orang-orang di sana tertutup dan diskriminatif, peradaban Islam mungkin pada saat itu … gak akan bisa mencapai masa keemasannya. Makanya, rangkul mereka yang berbeda, dan kita akan jadi lebih kaya akan sudut pandang dan wawasan.