Setelah menggulingkan kekhalifahan Umayyah pada tahun 750 M, kekhalifahan Abbasiyah berkuasa sebagai salah satu dinasti terbesar di dunia. Dan akan terus berkembang selama lebih dari 5 abad. Mereka dikenal dengan dominasi militer, pembangunan besar-besaran, perkembangan pesat ilmu
pengetahuan dan invasi teknologi. Di bawah kepemimpinan Abbasiyah, kekhalifahan memasuki fase baru. Sekarang, tidak seperti Umayyah yang berfokus ke Barat yaitu Afrikat Utara, Mediterania, dan Eropa Selatan Mereka mengambil sebagian besar tradisi pemerintahan Persia (Sasanian), dan menggunakan hukum Islam sebagai dasar pemerintahan. Mereka memulai pengambil alihan dengan memenangkan pertempuran Sungai Zab dari Umayyah, dan terus menjaga kemenangan dengan mengalahkan
Jika dilihat dari peta sekarang, mereka menguasai mulai dari Irak, Suriah, Yordania, Lebanon, Palestina, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman di Timur Tengah, mereka juga menguasai Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko dan sebagian Mauritania di Afrika Utara, sebagian di Asia Tengah dan Selatan, seperti Iran, Turkmenistan dan yang lainnya, sebagian Kaukasus, seperti Azerbajain, dan juga sebagian Semenanjung Iberia. Selama awal pemerintahan, Abbasiyah meningkatkan prestise dan kekuasaan kekaisarannya, mempromosikan perdagangan, indsutri, seni dan ilmu pengetahuan.Mereka dikenal sebagai puncak peradaban Islam dalam bidang sains, budaya, dan sastra. Penerjemahan besar-besaran yang mereka lakukan terhadap karya-karya klasik Yunani, Persia dan India menjadi tali penyambung perkembangan ilmu pengetahuan di seluruh dunia, memberikan akses terhadap warisan ilmu dan menjadi salah satu yang bertanggung jawab dalam perkembangan bidang filsafat, matematika, kedokteran, astronomi, dan masih banyak lagi.
Berbagai masalah yang muncul selama pemerintahan Bani Umayyah, termasuk ketidaksetujuan masyarakat terhadap kebijakan yang diterapkan, menjadi pendorong utama untuk perubahan kepemimpinan. Revolusi kepemimpinan Abbasiyah memperoleh dukungan yang kuat dari berbagai lapisan masyarakat, terutama dari kelompok Syi ' ah dan orang Persia di Khorasan. Alasan utama dukungan ini adalah'janji yang diusung oleh Dinasti Abbasiyah untuk mengembalikan keadilan yang sejalan dengan nilai-nilai yang diterapkan pada masa Khulafaur Rasyidin yang dianggap sebagai standar keadilan dalam pemerintahan Islam. Dukungan ini menjadi elemen kunci dalam konsolidasi kekuasaan Dinasti Abbasiyah.

Selain itu, pemilihan nama “Abbasiyah” yang memiliki pengaruh
dan condition tinggi di suku Quraisy. Keputusan ini tidak hanya memberikan legitimasi sejarah, tetapi juga menghubungkan Dinasti Abbasiyah secara langsung dengan keturunan Nabi, dan menciptakan nilai-nilai yang mendalam terkait dengan keluarga Nabi Muhammad SAW. Hal ini memberikan fondasi yang kuat bagi penerimaan masyarakat terhadap pemerintahan baru dan membentuk identitas yang layak untuk dihormati. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak atas Kekhalifahan Islam dibandingkan dengan Bani Umayyah, karena mereka berasal dari cabang Bani Hasyim yang memiliki garis keturunan yang lebih dekat dengan Nabi Muhammad.Menurut pandangan mereka, Bani Umayyah merebut kekhalifahan secara paksa melalui tragedi Perang Siffin.
Dinasti Abbasiyah yang baru terbentuk ini tidak hanya memegang kekuasaan di tingkat nasional, melainkan juga menunjukkan sifat internasional dalam pemerintahannya.Dinasti ini menyerap corak pemikiran dan peradaban dari berbagai budaya, seperti Persia, Romawi Timur, Mesir, dan lain-lain. Dalam Kebijakan Politiknya, Abu Abbas As-Saffah menekankan pendekatan inovatif dan inklusif untuk membangun dan memperkuat pemerintahan Abbasiyah. Dalam memperkuat militernya, Abu Abbas As-Saffah menggabungkan dan mengkoordinasi anggotanya yang termasuk non Muslim dan non Arab.Adanya pembangunan penerangan lampu jalan untuk kenyamanan dan keamanan, serta pembangunan rambu jalan yang menjadi penanda jarak setiap 1 mil, yang dimulai dari Kufah.
Abdullah bin Ali, adik kandung Muhammad bin Ali, yang juga paman Abu Ja ' far, menjabat sebagai panglima perang Bani Abbasiyah.Dikenal karena kegagahan dan keberaniannya, Abdullah bin Ali memiliki banyak pengikut dan ambisi besar untuk menjadi khalifah. Seluruh wilayah Islam, kecuali Andalusia yang saat itu dikuasai oleh Dinasti Umayyah II yang dipimpin oleh Selain meraih pencapaian besar di ranah politik, masa pemerintahan Al-Mansur juga menciptakan tonggak awal dalam penulisan hadis-hadis Rasulullah Saw, pengumpulan khazanah Islam, dan pembentukan standar acuan pemikiran Islam di bidang fiqih dan tafsir. Bahasan-bahasan penting, seperti bahasa Arab, sejarah, dan kehidupan bangsa-bangsa, mulai diorganisir dan dibukukan.Sebelumnya, para imam dan ulama biasanya menyampaikan ilmu berdasarkan hafalan yang mereka miliki dan merujuk pada mushaf-mushaf yang belum terstruktur.
Selain itu, Al-Hadi juga harus menghadapi pemberontakan Kharijite dan serbuan dari Bizantium. Peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa Dinasti Abbasiyah.Kemajuan ilmu pengetahuan yang signifikan dimulai dengan penerjemahan naskah-naskah asing, terutama yang berbahasa Yunani, ke dalam bahasa Arab.
Pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan seperti Lure al-Hikmah serta terbentuknya berbagai mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan menjadi bukti dari kebebasan berpikir pada masa itu. Pemerintahan Harun Al-Rasyid dilanjutkan oleh anaknya setelah Al Amin meninggal, pemerintahannya dilanjutkan oleh saudaranya Al-Ma ' mun, yang menggantikan Harun Ar-Rasyid dan al Amin, dikenal sebagai seorang khalifah yang amat menghargai ilmu filsafat.Selama masa pemerintahannya, dia aktif melanjutkan kinerja Ar-Rasyid dalam mendorong penerjemahan karya-karya asing. Zaman Keemasan Islam menurut beberapa pendapat berakhir yang keduanya dikenal sebagai penguasa yang lemah dan hedonis, menandai periode penurunan kekuasaan dan kejayaan bagi Dinasti Abbasiyah.
Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran di bidang ekonomi seiring dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode awal, pemerintahan Bani Abbas dikenal sebagai pemerintahan yang kaya. Pendapatan yang masuk lebih besar dari pengeluaran, sehingga Baitul-Mal, atau kas negara, dipenuhi dengan kekayaan.Pendapatan yang besar berasal dari berbagai sumber, termasuk Namun, saat khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara mulai menurun sementara pengeluaran meningkat secara signifikan. Penurunan pendapatan negara disebabkan oleh menyusutnya wilayah kekuasaan, seringnya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, serta pembebasan pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang merdeka dan tidak lagi membayar upeti kepada pemerintah pusat. Sementara itu, pengeluaran negara meningkat karena gaya hidup mewah yang dijalani oleh khalifah khalifah setelah Al-Ma ' mun dan para pejabat lainnya, serta adanya berbagai bentuk korupsi di dalam pemerintahan. Meskipun khalifah seperti al-Manshur dan al-Mahdi telah berupaya keras untuk memberantas gerakan Zindiq dengan mendirikan jawatan khusus dan melakukan mihnah( pengujian keimanan), namun upaya tersebut tidak sepenuhnya berhasil. Konflik antara ahlusSunnah dengan golongan Zindiq word play here terus berlanjut, mulai dari polemik tentang ajaran hingga konflik bersenjata yang menimbulkan pertumpahan darah di kedua belah pihak. Contoh dari konflik bersenjata ini dapat dilihat pada gerakan al-Afsyin dan Qaramithah. Selama masa penindasan gerakan Zindiq, beberapa pendukungnya mencari perlindungan dengan mengasosiasikan diri mereka dengan ajaran Syi ' ah.Hal ini berpotensi menimbulkan pandangan negatif terhadap beberapa kelompok dalam aliran Syi ' ah yang dianggap oleh sebagian orang sebagai ekstrem( ghulat )atau menyimpang dari ajaran utama Syi ' ah. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa aliran Syi ' ah yang utama tidak mendukung ajaran ekstrem tersebut. Persaingan doktrinal antara ahlus Sunnah dan Syi ' ah telah lama ada, tetapi kejadian ini menambah kerumitan pada dinamika sosial dan keagamaan saat itu. Ancaman dari luar juga turut berkontribusi dalam melemahkan dan pada akhirnya menghancurkan kekuasaan Khilafah Abbâsiyah. Salah satu ancaman terbesar adalah mengeluarkan fatwa untuk memobilisasi orang-orang Kristen Eropa dalam Perang Salib, yang juga meningkatkan semangat perlawanan Kristen di wilayah kekuasaan Islam. Kekaisaran Mongol, adalah yang pada akhirnya memberikan ancaman paling mengerikan terhadap

kekaisaran Abbasiyah. salah seorang panglima tentara Mongol, memimpin serangan ke wilayah kekuasaan Islam. Serangan Mongol terhadap pusat-pusat kekuasaan Islam, menimbulkan dampak besar pada struktur politik dan sosial di wilayah tersebut, dan serangan ini menjadi salah satu faktor yang menyumbang pada kemunduran kekuasaan Khilafah Abbasiyah. Dengan pembantaian yang kejam ini, kekuasaan Abbâsiyah di Baghdad berakhir. Kota Baghdad sendiri dihancurkan menjadi puing-puing, seperti kota-kota lain yang dilewati oleh pasukan Mongol. Meskipun telah dihancurkan, Hulaghu Khan mempertahankan kekuasaannya di Baghdad selama dua'tahun, sebelum melanjutkan pergerakannya ke Syria dan Mesir.Tetapi juga menandai awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam. Baghdad, sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang kaya dengan ilmu pengetahuan, ikut lenyap dalam kepungan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulaghu Khan tersebut. Dalam sejarah peradaban Islam, periode awal pemerintahan Bani Abbasiyah memuncak sebagai zaman keemasan bagi peradaban Islam. Secara politis, khalifah memegang peranan yang sangat kuat, menjadi pusat kendali antara urusan politik dan agama. Masyarakat mencapai puncak kemakmurannya dengan berhasil membentuk landasan perkembangan pendidikan yang mempengaruhi pertumbuhan ilmu filsafat, agama, kedokteran, dan berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya.Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan pemikiran hukum Islam. masing-masing memberikan kontribusi yang berharga dalam pembentukan dan pengembangan hukum Islam, sesuai dengan konteks dan permasalahan yang dihadapi pada masanya. Tak hanya itu, adanya tokoh-tokoh intelektual seperti melahirkan berbagai pengetahuan yang tetap mempengaruhi dunia hingga kini. Dinasti Abbasiyah, terutama pada masa kejayaannya, melahirkan para intelektual Islam terkemuka yang memberikan kontribusi besar pada ilmu pengetahuan. Keberhasilan Dinasti ini tak lepas dari stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan. Pusat kekuasaannya berada di Baghdad, di mana pertanian dan sistem irigasi di sungai Eufrat dan Tigris menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat. Perdagangan juga berkembang pesat, menjadi pilar utama kehidupan di Baghdad. Kemajuan Dinasti Abbasiyah mencakup berbagai aspek, dan Bait al-Hikmah adalah bukti nyata kekayaan literasi dan ilmu pengetahuan yang merajai wilayah ini. Pusat ilmu pengetahuan dunia berada di tangan masyarakat Islam. Dan warisannya masih dapat ditemui hingga saat ini. Namun, Dinasti Abbasiyah juga menghadapi tantangan interior dan eksternal yang signifikan, termasuk persaingan politik, pemberontakan, dan ancaman dari kekuatan asing seperti tentara Mongol. Pada akhirnya, penurunan kekuasaan politik dan kemunduran ekonomi menyebabkan keruntuhan dinasti ini.Meskipun demikian, warisan Dinasti Abbasiyah tetap bertahan dalam sejarah sebagai periode penting yang membentuk peradaban Islam dan memberikan kontribusi abadi pada warisan budaya dan ilmiah dunia. Kisah-kisah kejayaan dan kejatuhan dinasti ini mengingatkan kita tentang dinamika kekuasaan dan perubahan yang terjadi dalam sejarah umat manusia.

Jika dilihat dari peta sekarang, mereka menguasai mulai dari Irak, Suriah, Yordania, Lebanon, Palestina, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman di Timur Tengah, mereka juga menguasai Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko dan sebagian Mauritania di Afrika Utara, sebagian di Asia Tengah dan Selatan, seperti Iran, Turkmenistan dan yang lainnya, sebagian Kaukasus, seperti Azerbajain, dan juga sebagian Semenanjung Iberia. Selama awal pemerintahan, Abbasiyah meningkatkan prestise dan kekuasaan kekaisarannya, mempromosikan perdagangan, indsutri, seni dan ilmu pengetahuan.Mereka dikenal sebagai puncak peradaban Islam dalam bidang sains, budaya, dan sastra. Penerjemahan besar-besaran yang mereka lakukan terhadap karya-karya klasik Yunani, Persia dan India menjadi tali penyambung perkembangan ilmu pengetahuan di seluruh dunia, memberikan akses terhadap warisan ilmu dan menjadi salah satu yang bertanggung jawab dalam perkembangan bidang filsafat, matematika, kedokteran, astronomi, dan masih banyak lagi. Dalam memperkuat militernya, Abu Abbas As-Saffah menggabungkan dan mengkoordinasi anggotanya yang termasuk non Muslim dan non Arab.Adanya pembangunan penerangan lampu jalan untuk kenyamanan dan keamanan, serta pembangunan rambu jalan yang menjadi penanda jarak setiap 1 mil, yang dimulai dari Kufah. Bahasan-bahasan penting, seperti bahasa Arab, sejarah, dan kehidupan bangsa-bangsa, mulai diorganisir dan dibukukan.Sebelumnya, para imam dan ulama biasanya menyampaikan ilmu berdasarkan hafalan yang mereka miliki dan merujuk pada mushaf-mushaf yang belum terstruktur.

As found on YouTube

Follow IG @PendongengMerah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *