Di video clip sebelumnya saya bertemu dengan anggota komunitas yahudi di Sulawesi Utara. Ketika saya berdoa di Jakarta, di rumah orang tua saya ada suara secara misterius, ‘la dor va dor’ Merinding dan saya mencoba untuk mencari tahu apa artinya. La dor va dor dari bahasa Ibrani artinya, dari keturunan ke keturunan atau dari generasi ke generasi. Saya ikuti perjalanan mereka beribadah ke Sinagoge di kota Tondano. Satu-satunya tempat ibadah Yahudi di Indonesia. Ini adalah Sinagoge Shaar Hasyamayim. Setiap pekan di waktu sabat yaitu hari Sabtu, beberapa anggota komunitas Yahudi beribadah di sini. Sinagoge Shaar Hasyamayim berdiri sejak 2004. Warga sekitar yang beragama mayoritas Kristen Protestan, menerima dengan baik keberadaan Sinagoge ini. Rumah ibu Yenny Mamengko tepat berada di samping sinagoge Dia sudah menetap di rumah ini selama lebih dari 20 tahun. [Reporter]
Kalau dari lingkungan sekitar responsnya bagaimana? Kalau pengamatan atau pengalaman pribadi ya, secara pribadi itu biasa-biasa saja. Sepertinya tidak ada masalah atau tidak ada yang aneh-aneh, biasa saja.Maksudnya ada rumah ibadah, ya udah orang-orang di sini kan biasa, kalau saya mau katakan kebanyakan rata-rata orang-orang Minahasa, siapa saja mereka itu tetap welcome, terima. Selain para orang tua, komunitas Yahudi di sini juga terdiri dari beberapa pemuda dan anak-anak. Jadi memang masalah dokumen keluarga juga kami minim informasi soal itu, tapi memang dari marga kakek dan nenek itu terindikasi bahwa keturunan. Jadi dari situ saya tidak berpikir ada atau tidak darah Yahudi, tapi saya memang tertarik untuk belajar Yudaisme. [Press reporter] Berarti dari awal tidak ada pertentangan dari keluarga malah mereka terbuka dan mendukung? Mendukung bahkan sering waktu saya satu dua tahun pertama awal gabung, mereka sering mengantar saya ke sini.Mereka tetap “tidak apa-apa kalau memang pilihan.” [Press reporter] Kalau dari lingkungan pertemanan gimana, apakah “ada yang penasaran kamu ikut komunitas Yahudi? Ya sebelumnya saya tidak terlalu terbuka dengan identitas saya, tapi lambat laun mereka akhirnya tahu, soalnya saya bergaul dengan orang-orang Kristen yang mayoritas di sini, mereka sering mengajak makan, di restoran tertentu yang di dalam Yudaisme ada batasannya. Mereka tanya “loh kenapa begitu?”, akhirnya mereka bisa tahu saya ini penganut Yudaisme.Tanggapannya menerima, ada yang bahkan penasaran, “ih ada ya di Indonesia begitu?” Jadi kaget mereka tahu kalau “ada Yudaisme di Indonesia. Di Sulawesi Utara, keturunan Yahudi Belanda sudah ada sebelum kemerdekaan RI. Salah satunya ditandai dengan adanya kuburan orang Yahudi yang bertulisan Ibrani, dan memiliki gambar Bintang Daud di nisannya. Ini salah satu kuburan Yahudi di daerah Pineleng, Manado. Saya word play here bertemu dengan Yaakov Baruch, rabbi yang tinggal di Manado. Sekitar 20 tahun lalu, ia memutuskan untuk mendalami, dan mencari latar belakang darah Yahudi yang ia dapat dari omanya. Suatu waktu saya sedang berdiskusi dengan oma saya, kami membahas cerita tentang bagaimana Nabi Musa, memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, di situ kami datang pada suatu pembahasan yang keduanya saling ngotot. Ketika kami saling ngotot seperti tipikal keluarga Yahudi lainnya, sering debat, sering dengan suara intonasi yang tinggi dan keras, di situ oma saya tiba-tiba mengeluarkan kalimat, yang buat saya terdiam seribu bahasa saat itu. Kira-kira waktu itu dia bilang, “you put on ' t argue with me, due to the fact that I ' m Jewish”. Saya bilang “apa? ', saya kaget.Saya sempat terdiam lama sampai saya bilang ' wah nggak mungkin.” Saya bilang “you a Dutch, just how come you set you a Jewish?” Kebetulan kejadiannya di tempat ini, dia masuk ke kamar dan ambil sesuatu, dia keluar dan dia tunjukkan ke saya akta lahir keluarganya. Memang bukan hanya di Indonesia,”umumnya keluarga Yahudi yang tersebar di seluruh dunia, banyak yang menyembunyikan identitasnya karena trauma masa lalu, Ketika saya diberitahu, kami sekeluarga juga bukan hanya saya, tapi keluarga yang lain cukup kaget, karena selama ini memang kami disembunyikan, oleh oma kami tentang latar belakang Keyahudian ini. Tapi seperti buah durian yang tidak bisa disembunyikan, lama-lama pasti akan ketahuan. Tanpa dikasih tahu itu biasanya dari kami sendiri yang tiba-tiba mencari tahu sendiri. [Press reporter] Selama 20 tahun ini perkembangannya komunitas Yahudi di Manado, [Reporter] khususnya di Sulawesi Utara seperti apa? Pada waktu awal saya membuat komunitas lokal, itu masih banyak diikuti oleh orang-orang keturunan Yahudi yang sudah tua, mereka masih cukup jelas data-datanya. Tapi kemudian belakangan setelah generasi tuanya sudah meninggal beberapa orang, anak cucunya banyak sudah tidak mau terlibat dengan agama,
mereka sudah fokus di agama yang sudah dipilih oleh orang tua mereka, dan juga karena faktor ketakutan untuk dikenal, sebagai orang Yahudi, banyak yang menutup diri. Sekarang ada euforia baru banyaknya orang-orang setempat, orang lokal yang mau konfersi ke agama Yahudi. Jadi ini fenomena baru di dalam komunitas Yahudi yang ada di Sulut maupun di Indonesia. Mereka tertarik sudah cukup lama ya, sepuluh tahun belakangan, tapi konfersinya di lima tahun belakangan. Untuk perizinan dari awal kami mendapat izin yayasan, jadi itu sebagai sekretariat yayasan. Kemudian setelah adanya semacam pengakuan dari Departemen Agama, kami lebih diarahkan untuk sudah ada tinggal dokumen-dokumen lain, yang harus dilengkapi untuk keperluan pencatatan sipil, misalnya kelahiran, kematian, atau perkawinan.Dari awal sebenarnya tidak ada masalah, memang sempat ada sedikit penolakan, bukan penolakan, tapi seperti komplain dari beberapa masyarakat setempat, pada waktu awal karena mereka pikir kami bangun tempat ibadah untuk mengajak warga sekitar beribadah. Setelah jalan, mereka melihat kami tidak mengajak warga setempat, bahkan tidak mengajak warga lain di luar Yahudi, mereka kemudian bisa menerima dengan baik. Kalau khawatir sih di mana saja orang Yahudi berada itu pasti khawatir, karena di mana pun Sinagog ada, Tapi khusus di Indonesia, kami, saya, menyerahkan semuanya kepada Tuhan, karena yang bisa menjaga itu namanya tempat ibadah ya Tuhan sendiri kan, [Reporter] Terkait enam agama yang diakui oleh negara, Yahudi kan belum masuk salah satu dari itu. [Press reporter] Bagaimana Rabi Yakoov melihatnya? Departemen Agama meluruskan pendapat masyarakat bahwa negara mengakui enam agama, negara mengakui semua agama yang ada di Indonesia. Apa yang membedakan dengan agama itu yaitu mereka mempunyai penganut terbanyak, sehingga selain mendapat bantuan dari pemerintah, mendapat hari libur.Jadi memang tidak ada target kami untuk masuk ke dalam enam atau agama tambahan, karena kami sebenarnya sudah cukup diakui keberadaannya menurut pasal penjelasan, dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 65 tentang Penodaan Agama. agama-agama selain enam agama itu kan dilindungi, dibiarkan keberadaannya. Cuma memang semua
agama memiliki hak untuk hidup di sini, di bumi nusantara ini. Jadi itu ya punya hak untuk hidup di Indonesia. Enam agama itu disebutkan sebagai agama yang dianut oleh mayoritas orang Indonesia, artinya siginificant variety of populace yang meingimani agama yang enam itu, artinya di luar agama itu ya silahkan tetap punya hak untuk hidup, hak untuk berkembang. Selain kehadiran komunitasnya, salah satu yang menarik perhatian adalah berdirinya Patung Menorah di Kabupaten Minahasa Utara. Patung Menorah yang dalam Bahasa Ibrani berarti kaki dian, adalah salah satu simbol Yahudi. Patung ini seringkali dikaitkan dengan napas kehadiran komunitas Yahudi di Sulawesi Utara.Tapi benarkah seperti itu? Saya pun bertemu dengan Lucky Rumopa, Ketua Discussion Forum Kerukunan Umat Beragama di Sulawesi Utara. Melihat perkembangan hadirnya Sinagog dan orang-orang Yahudi di sini, karena mereka yang saya katakan tadi mereka masuk lewat hubungan-hubungan sosial, beranak pinak, maka sejauh kami melihat situasi kondisi mereka sampai sekarang ini masih aman-aman. Bahkan memang agak sedikit lain kita di masyarakat Sulawesi Utara. Apalagi selain Sinagog ada suatu Patung Menorah, yang dibangun besar di Minahasa Utara. Padahal itu lambang Israel yang ini kadang kala juga, ada berbagai interpretasi terhadap masalah Israel. Sebab dalam scriptures ajaran Kristiani, Israel itu bukan lagi sebuah negara, tapi itu sebuah kekuatan spiritual baru dalam kehidupan Kekristenan, bahwa
Israel itu bukan lagi bersifat tempat, tetapi Israel itu adalah bersifat hidup orang-orang Israel baru adalah orang-orang Kristen baru, yang sudah dibaharui. Jangan heran Kekristenan yang ada di Minahasa Utara mereka begitu kuat, membangun, mengeluarkan dana yang begitu besar untuk membangun Patung Menorah itu. Walaupun tidak ada keterkaitan dengan agama Yahudi.saya kira Sulawesi Utara bersama-sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama, selalu menempatkan diri menerima perbedaan-perbedaan itu, dalam konteks yang sangat positif, sambil kita tidak mengganggu aturan-aturan yang ada. Beberapa hari menengok potret hidup komunitas Yahudi, saya melihat keberagaman yang hadir di daerah ini. Di mana setiap umat beragama menjalankan ibadah mereka, tanpa terhalang perbedaan yang ada.
Di video clip sebelumnya saya bertemu dengan anggota komunitas yahudi di Sulawesi Utara. Ketika saya berdoa di Jakarta, di rumah orang tua saya ada suara secara misterius, ‘la dor va dor’ Merinding dan saya mencoba untuk mencari tahu apa artinya. Setiap pekan di waktu sabat yaitu hari Sabtu, beberapa anggota komunitas Yahudi beribadah di sini. Ya sebelumnya saya tidak terlalu terbuka dengan identitas saya, tapi lambat laun mereka akhirnya tahu, soalnya saya bergaul dengan orang-orang Kristen yang mayoritas di sini, mereka sering mengajak makan, di restoran tertentu yang di dalam Yudaisme ada batasannya. Jadi ini fenomena baru di dalam komunitas Yahudi yang ada di Sulut maupun di Indonesia.