Tapi sebelumnya jangan lupa untuk subscribe, like, dan share Tindakan yang mudah bagi Anda namun punya pengaruh besar bagi pekerjaan kami Mengembangkan kanal yang memperkaya perspektif Anda Nah, kalau kita perhatikan di bagian kaki candi, terdapat relief yang memutar dan dibaca secara pradaksina atau searah jarum jam terlihat ya ukirannya realistik dan menceritakan situasi sosial pada masa itu, baik bentuk bangunannya, pakaiannya, flora-fauna, dan lain sebagainya Prapanca sendiri, sebagai orang Majapahit yang pernah melihat langsung candi ini, Sekadar menginformasikan bahwa alleviation ini berisi seorang putri raja yang berseri-seri Nah beberapa … Arkeolog kebingungan menjelaskan sebenarnya relief ini bercerita tentang apa Salah satu alasan kebingungan itu karena cerita di sini tidak bersinambung dengan cerita mana pun Namun ada juga yang memiliki pendapat bahwa cerita di sini bersinambung dengan Kisah Sutasoma Kakawin Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular, didasarkan pada cerita yang sudah mashyur kala itu, yakni Purusadasanta Salah satu adegannya menceritakan pertemuan seorang putri bernama Dewi Candrawati jelmaan Locana, Dengan Pangeran Sutasoma, jelmaan Sang Jina Dalam aliran Tantra, penyatuan energi maskulin dan feminism menjadi yang utama Karena penyatuan itu membawa pelakunya pada kondisi sempurna Dalam Siwa-Tantra, kondisi ini adalah penyatuan Bhairawa-Bhairawi Sementara dalam Buddha Tantra adalah penyatuan Sang Jina-Wairocana dengan Locana Itulah sebabnya mengapa alleviation ini menekankan pertemuan Pangeran Sutasoma dengan sang putri Sekaligus memberi gambaran pada kita betapa sucinya Candi Jawi Nah, dalam relief diperlihatkan Sang Pangeran tinggal di sebuah istana di atas kolam, yang di episode pertama sudah kita bedah sebagai potret Candi Jawi itu sendiri Jika benar alleviation ini adalah Pangeran Sutasoma, maka Candi Jawi adalah perwujudan Sphatikendra, Atau istana Kristal di tengah Taman Ratnalaya Yang diandaikan takhta Bathara Buddha atau Siwa dalam hakikat tertingginya Di mana bangunan tersebut tidak pernah mengalami malam karena cahaya kristalnya yang terang-benderang Dengan detail Kitab Sutasoma menjelaskan elemen Taman Ratnalaya, Yakni gerbang berpucuk batu permata, pohon-pohon indah, balai-balai berukir, kolam, dan istana Kristal Sphatikendra Jika melihat gelar-gelar yang disandang Kertanegara, misalnya jika menurut Negarakertagama adalah Sri Jnanabajreswara Jelas beliau menganggap dirinya jelmaan Sang Jina Yang sengaja membangun Candi Jawi sebagai Istana Sphatikendra di tengah Taman Ratnalaya Itulah sebabnya candi ini disusun dari batu putih, diibaratkan kristal yang bersinar Banyak sejarawan meyakini penyebab Kertanegara mencetuskan politik penaklukan Nusantara adalah karena ingin memperluas wilayah kekuasaan Namun sebenarnya bukan itu saja Yuk, kita masuk lagi ke Candi Jawi Perhatikan ini, alleviation yang jarang diperhatikan orang namun tersebar di badan candi Ini Bhairawa, Perhatikan alat vitalnya Pada abad ke-13 ajaran Bhairawa beraliran Kalacakra tumbuh subur di Jawa Yang menjadi biang peleburan Siwa dan Buddha, yaitu kepercayaan baru yang disebut Siwa-Buddha Peleburan ini menyebabkan toleransi antar kepercayaan, yang sebelumnya terjalin erat, Menjadi makin kokoh, bahkan menjadi jati diri masyarakat Dengan melihat relief Bhairawa di Candi Jawi Serta Kitab Pararaton yang menyebut Kertanegara sebagai Bathara Siwa-Buda Maka jelas bagi kita, sang raja adalah pengikut Tantra aliran Bhairawa Kalacakra Aliran ini menekankan pada ritual yang berupaya mengontrol kekuatan alam, Bagi seorang raja, implementasinya adalah mengendalikan kekuatan sekitar demi melindungi dan menyejahterakan rakyatnya Menurut Prasasati Camundi yang saat ini ada di Museum Trowulan Upaya pengontrolan Kertanegara di implementasikan dengan mawuyū yi sakala dwīpantara, Atau menundukkan semua pulau lain Di sinilah konsep penaklukan Nusantara lahir Karena pengendalian mensyaratkan penguasaan, dan penguasaan didapatkan melalui penaklukan Meskipun Kertanegara tidak menggunakan istilah Nusantara, melainkan Dwipantara Prasasti Camundi merayakan keberhasilan Kertanegara sebagai penguasa Nusantara Prasasti ini didukung oleh Negarakertagama yang menyebutkan wilayah Singhasari meliputi Jawa, Bali, Semenanjung Melayu, Pahang, Gurun hingga Kalimantan Barat, membentuk lingkar mandala dengan Singhasari sebagai pusat Namun dengan kematian Raja Kertanegara akibat pemberontakan Jayakatwang, apakah konsep Nusantara lantas punah? Konsep besar ini lenyap dan Nusantara pun bubar Namun setengah abad kemudian, seseorang mengikrarkan sumpah untuk menaklukkan Nusantara Dialah Gajah Mada dari Majapahit Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa saat diangkat sebagai mahapatih oleh Ratu Tribhuwana, yakni penguasa ketiga Majapahit Bahwa Gajah Mada tidak akan melepaskan puasa Sebelum mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, hingga Tumasik(Singapura )Saat ini, banyak yang menganggap politik Nusantara adalah gagasan Gajah Mada Namun kita mesti mempertimbangkan bahwa: Pertama, Gajah Mada bukan seorang raja yang menganut Tantra aliran Bhairawa Kalacakra, Sehingga dia tidak punya kepentingan untuk mengontrol pulau-pulau lain demi kesejahteraan rakyatnya Kedua, Gajah Mada bukanlah orang dekat Kertanegara yang bisa melihat visi besar sang raja dengan lebih utuh Ratu Tribhuwana yang memberi legitimasi pada Gajah Mada pun bahkan belum lahir ketika Nusantara bubar Orang dibalik Sumpah Palapa haruslah cukup dekat dengan Kertanegara sehingga bisa melihat visi penyatuan Nusantara secara utuh, Lalu meneruskannya kepada generasi muda, yakni Ratu Tribhuwana dan Gajah Mada Orang itu adalah Gayatri, putri bungsu Kertanegara, yang dinikahi Raden Wijaya sang pendiri Majapahit dan menjadi ibu bagi Ratu Tribhuwana Oleh Negarakertagama, Gayatri dipuji sebagai si bungsu yang paling disayangi Bukan mustahil Kertanegara menularkan visinya pada putri tersayangnya Lebih dari itu, dibanding Tribhuwana dan Gajah Mada, Gayatri adalah orang yang menyaksikan penyatuan Nusantara dalam wujud nyatanya … Di masa Raja Kertanegara Gayatri jelas jenius politik, Menghubungkan kekosongan jarak antara Raja Kertanegara dengan Tribhuwana maupun Gajah Mada Gayatri menginginkan visi ayahnya terwujud, Yakni menyatukan kembali wilayah Singhasari yang pernah bubar Meskipun Majapahit mengubah istilah Dwipantara milik Kertanegara menjadi Nusantara Namun tujuannya tetap sama Dalam prasasti Singasari, Gajah Mada menegaskan posisinya sebagai wakil Ratu Tribhuwana, Menyampaikan baktinya pada Raja Kertanegara Artinya, seluruh politik Gajah Mada dan Politik Ratu Tribhuwana, berakar pada visi besar Kertanegara Meskipun memakan waktu cukup lama, dengan sumber daya yang tidak sedikit, Konsep penyatuan Nusantara Kertanegara word play here terwujud Negarakertagama menyebutkan secara mendetail wilayah-wilayah yang dikuasai Majapahit Yang lebih luas dari yang pernah disebutkan dalam Sumpah Palapa Yang penerapannya didasarkan pada konsep mandala candi yang dibagi menjadi tiga mandala, yakni mandala utama, atau yang paling suci Mandala madya, atau tengah Dan mandala jaba, atau bagian luar yang fana Dalam pembagian wilayah Majapahit, Yang masuk dalam wilayah mandala utama adalah ibukota Majapahit sebagai pusat, karena di sana maharaja bertakhta sebagai jelmaan dewa dan pusat alam semesta Yang masuk dalam wilayah mandala madya adalah pulau Jawa, termasuk di dalamnya Madura dan Bali. Area ini disebut nusantara Keseluruhan mandala ini membentuk kesatuan wilayah, yang terlihat lebih luas dari negara Indonesia saat ini Beberapa pihak berpendapat wilayah Majapahit tidaklah seluas itu Namun, terlepas dari pendapat mana yang benar, kita tidak bisa menafikan bahwa visi besar Kertanegara, Telah meninggalkan warisan yang jauh melampaui zaman klasik Hingga terbentuklah NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA yang kita kenal saat ini Sejarah mencatat, Ki Hajar Dewantara adalah yang mengangkat kembali nama Nusantara Dan dalam Konggres Pemuda 1928, nama Nusantara menjadi salah satu usulan untuk nama negara kita Nama Nusantara adalah bentukan dari masyarakat kita sendiri, dan memiliki sejarah yang panjang Yang mengakar pada masa ketika kita adalah masyarakat bebas dan mandiri Sementara nama Indonesia diambil dari kata Indie, yang seakan mengingatkan bahwa kita pernah dijajah oleh Belanda Pada akhirnya kedua nama ini diterima Nama Indonesia dipakai sebagai nama resmi negara, dan Nusantara menjadi nama yang merujuk pada keluasan wilayah dan keragaman negara kita Keputusan yang indah Saat mengingat nama Nusantara, tidak bisa tidak, kita akan mengaitkannya … Dengan kesatuan yang dibangun di atas keragaman, kerukunan, dan toleransi Sangat jarang bangsa di dunia ini yang memiliki tiga elemen itu sekaligus Tanpa ketiganya, Nusantara tidak akan terwujud Namun lebih dari itu, nama ini mengingatkan kita akan kejayaan di masa lampau, Sekaligus optimisme akan masa kini dan masa depan Ketika kita berdiri sama tegak dengan bangsa lain Tidak membungkuk, apalagi merasa inferior Kesadaran yang bergema dari sebuah kata sederhana: Nusantara Suatu kebanggaan yang kita warisi dari Raja Kertanegara Yang abu jenasahnya bersemayam di candi ini.

As found on YouTube

Follow IG @PendongengMerah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *