Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh. Di video clip kali ini kita akan menceritakan sebuah kisah keteguhan hati seorang Ratu Mesir yang namanya harum sepanjang masa Bagaimana kisahnya? Simak Video berikut sampai habis. Sebelum lanjut menonton video clip ini jangan lupa klik tombol like, komen, share dan subcribe. Asiyah Binti Muhazim merupakan ratu atau istri dari seorang raja yang menguasai Mesir kala itu yaitu fir’aun yang sangat sombong bahkan menganggap dirinya tuhan. Meskipun suaminya adalah orang yang bengis dan kejam, namun asiyah dikenal sebagai orang yang murah hati, sabar, santun, dan penyayang. Sebagai ratu mesir, asiyah memiliki semua yang diinginkan oleh wanita di dunia, mulai dari wajah rupawan, kecerdasan, kekuasaan sampai harta berlimpah walau begitu, ia tidak tergoda dan tetap mampu menjaga keimanannya. Bahkan Rasulullah SAW bersabda “sebaik-baik wanita di alam semesta ini ada empat, yaitu Asiyah istri Fir’aun, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah Binti Muhammad. Asiyah juga merupakan orang yang menemukan nabi musa dan menyelamatkan nabi musa dari Fir’aun ketika hendak dibunuh. Pada suatu hari saat Asiyah sedang duduk di taman istananya yang dialiri sungai, ia melihat sebuah keranjang mengampung dan mengalir ke arahnya.
Kemudian asiyah memerintahkan dayang-dayang istana untuk mengambil keranjang tersebut. Ternyata yang ada di keranjang tersebut adalah seorang bayi laki-laki. Naluri keibuannya pun muncul dan ingin merawat bayi tersebut. Pada masa itu Fir’aun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil di daerah kekuasaannya karena ia bermimpi akan datang bayi laki-laki dari Bani Israil kepadanya untuk menghancurkan dan menaklukkan kekuasaan Fir’aun. Begitu kabar penemuan bayi laki-laki tersebut sampai kepada Fir’aun, ia langsung memerintahkan untuk membunuh bayi tersebut. Namun asiyah berhasil melembutkan hati fir’aun dan berhasil mencegah rencana pembunuhan tersebut. Karena kecintaannya pada Asiyah, Fir’aun word play here menyetujui permintaan Asiyah. Kemudian bayi tersebut dijadikan sebagai anak angkat. Bayi laki-laki yang ternyata adalah Nabi Musa tumbuh didalam istana dengan kasih sayang dari Asiyah. Ketika dewasa dan diangkat menjadi nabi, ia mendapatkan perintah dari Allah untuk menyampaikan wahyu kepada semua orang, termasuk ibu dan ayah angkatnya. Asiyah kemudian mempercayai wahyu tersebut dan beriman kepada Allah tanpa ada keraguan setelah melihat Nabi Musa mengalahkan tukang sihir Fir’aun. Asiyah semakin yakin bahwa ada Dzat yang menciptakan dan mengatur urusan manusia.Namun berbeda dengan Fir’aun yang langsung marah ketika mendengar wahyu yang disampaikan oleh Nabi Musa. Bahkan ia memerintahkan prajuritnya untuk menyiksa dan membunuh orang-orang yang mengikuti ajakan Nabi Musa. Termasuk istrinya. Asiyah mendapat siksaan tanpa ampun, tak ada belas kasih kepada sang ratu. Kedua tangan dan kaki Asiyah diikat dan ditelentangkan diatas tanah yang panas dan wajahnya dihadapkan ke terik matahari. Ketika para penyiksanya kembali, malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan tersebut tidak terasa. Tak hanya itu, Fir ‘aun juga memerintahkan para algojonya untuk menjatuhkan sebuah batu besar ke dada Asiyah. Asiyah hanya pasrah dan berserah diri kepada Allah SWT. Sambil menahan perihnya luka, Asiyah berdoa kepada Allah SWT yang diabadikan dalam surat At-Tahrim ayat 11 yang artinya:”Ya Rabbku bangunkanlah unttukku sebuah rumah di sisi-MU dalam firdaus, dan selematkankah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. Tak berselang lama setelah Asiyah mengucap doa tersebut. Asiyah pun menghembuskan nafas terakhirnya. Besarnya pengorbanan, kesabaran dan keteguhan hati Asiyah dalam mempertahankan keimanannya patut diteladani. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut Wallahu a ' lam bishawab.
Meskipun suaminya adalah orang yang bengis dan kejam, namun asiyah dikenal sebagai orang yang murah hati, sabar, santun, dan penyayang. Ketika dewasa dan diangkat menjadi nabi, ia mendapatkan perintah dari Allah untuk menyampaikan wahyu kepada semua orang, termasuk ibu dan ayah angkatnya. Asiyah semakin yakin bahwa ada Dzat yang menciptakan dan mengatur urusan manusia.Namun berbeda dengan Fir’aun yang langsung marah ketika mendengar wahyu yang disampaikan oleh Nabi Musa. Kedua tangan dan kaki Asiyah diikat dan ditelentangkan diatas tanah yang panas dan wajahnya dihadapkan ke terik matahari. Sambil menahan perihnya luka, Asiyah berdoa kepada Allah SWT yang diabadikan dalam surat At-Tahrim ayat 11 yang artinya:”Ya Rabbku bangunkanlah unttukku sebuah rumah di sisi-MU dalam firdaus, dan selematkankah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.