Sebagian rakyat ada yang direkrut untuk menjadi tentara, sebagian yang lain dijadikan kuli pikul, dan lainnya lagi, laki-laki dan wanita, diperkerjakan untuk menanam dan mencabut dan rakyat dikenakan denda dalam jumlah yang sudah ditentukan Rakyat juga dilarang untuk menunaikan haji dan pergi ke dua tanah haram yang mulia. Para pemimpin yang ada di Pulau Jawa, baik itu yang ada di Mataram ataupun yang ada di Banten Darussalam, itu legitimasinya sebagai pemimpin yang ada di Jawa ini pengakuannya dan juga terkait kedaulatan kekuasaannya, diakui oleh pemerintahan pusat yang ada di Ashimah Daulah(Ibukota Negara )yang ada di Istanbul melalui gubernurnya yang ada di kota Makkah.Makkah al-Mukarramah. Walau tak lagi berjaya di atas gelombang samudera, Khilafah Utsmaniyyah yang juga bertugas sebagai Pelayan Dua Tanah Suci tetap begitu peduli kepada jamaah haji dan para pelajar di Makkah dan Madinah.Kepedulian tersebut amatlah bermanfaat pada jaringan keilmuan para ulama dunia yang bermukim di sana, termasuk orang Nusantara yang terkenal dengan sebutan kaum Jawi Yang terkenal(sebutan Nusantara) ketika itu tanah Jawa.
Di antaranya adalah pulau kami, Sumatera, lalu Pulau Borneo Pulau Sunda yang juga disebutkan dengan Pulau Jawa dan Pulau Bugis Setiap pulau terdiri dari berbagai negeri, dan setiap negeri memiliki bandar-bandar di pesisir laut yang asin dan kota-kota yang sangat banyak di daratan. Sebagian rakyat ada yang direkrut untuk menjadi tentara, sebagian yang lain dijadikan kuli pikul, dan lainnya lagi, laki-laki dan wanita, diperkerjakan untuk menanam dan mencabut dan rakyat dikenakan denda dalam jumlah yang sudah ditentukan Rakyat juga dilarang untuk menunaikan haji dan pergi ke dua tanah haram yang mulia. Para pemimpin yang ada di Pulau Jawa, baik itu yang ada di Mataram ataupun yang ada di Banten Darussalam, itu legitimasinya sebagai pemimpin yang ada di Jawa ini pengakuannya dan juga terkait kedaulatan kekuasaannya, diakui oleh pemerintahan pusat yang ada di Ashimah Daulah(Ibukota Negara )yang ada di Istanbul melalui gubernurnya yang ada di kota Makkah.Makkah al-Mukarramah. Sultan Nuku dari Tidore adalah satu-satunya sultan yang berhasil mengalahkan VOC pada abad ke-17 dan 18, di mana pada saat yang sama sultan-sultan lain seperti di Banten, Mataram, dan Makassar tidak dapat melakukan hal yang serupa. Walau tak lagi berjaya di atas gelombang samudera, Khilafah Utsmaniyyah yang juga bertugas sebagai Pelayan Dua Tanah Suci tetap begitu peduli kepada jamaah haji dan para pelajar di Makkah dan Madinah.Kepedulian tersebut amatlah bermanfaat pada jaringan keilmuan para ulama dunia yang bermukim di sana, termasuk orang Nusantara yang terkenal dengan sebutan kaum Jawi Yang terkenal(sebutan Nusantara) ketika itu tanah Jawa.Makanya kalau kita perhatikan fakta sejarah yang ada, khususnya yang ada di Tatar Sunda, semenjak kolonial Belanda memaksa kalangan pribumi/petani yang ada di Tatar Sunda itu untuk menanam kopi, dari mulai barat Cianjur hingga timur Ciamis, itu semua dataran tingginya yang permukaannya di atas 1.000-1500 mdpl, itu wajib ditanam kopi. Yang Dipertuan Muda Riau VIII, Raja Ali container Raja Ja’much, dengan pembukaan surat yang sama persis dengan apa yang ditulis Sultan Manshur Syah Aceh, pada tahun 1857 mengajukan permohonan agar Kesultanan Riau diakui menjadi bagian daripada Khilafah Utsmaniyyah.Saya memohon dari sumber kasih sayang dan kelembutan Daulah’ Aliyyah(Khilafah Utsmaniyyah), semoga Allah mengabadikannya, agar Saya dijadikan di bawah naungannya untuk selamanya, dimana naungannya telah meliputi yang banyak dan yang sedikit, dan agar Saya digolongkan sebagai rakyat yang ada di bawah perlindungannya Ada satu alasan mengapa kemudian bendera Kesultanan Riau-Lingga, yang itu merupakan penguasa Selat Malaka itu sama persis dengan bendera Utsmaniyyah. Sebagaimana Sultan Manshur Syah dari Aceh, dalam kondisi ini Sultan Thaha tidak melihat sumber harapan dan bantuan kecuali kepada Imam dan perisai kaum Muslimin yang satu, Khilafah Utsmaniyyah.Sultan Thaha Sayfuddin mengirim surat ke Khalifah Abdul Majid I di Istanbul pada 1 Juli 1858, dan di dalamnya ia berkata, Petisi yang dipersembahkan ke haribaan Yang Mulia ini datang dari Thaha Sayfuddin container Muhammad Fakhruddin, penguasa negeri di pulau Aceh yang bernama Jambi.
Batavia mengirim Frans David Cochius, seseorang yang dulu berhasil membuat strategi melumpuhkan Pangeran Diponegoro di Jawa untuk mengalahkan Tuanku Imam Bonjol.Cochius memimpin invasi besar-besaran pasukan Belanda ke Minangkabau yang terdiri dari 148 perwira Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi yang berasal dari Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon termasuk sejumlah serdadu yang direkrut dari India dan Afrika. Setahun berikutnya, tepatnya pada 17 Maret 1850, Sultan Manshur Syah kembali mengirim
surat ke Khilafah Utsmaniyyah.Kali ini suratnya ditulis dalam bahasa Arab yang begitu fasih, dan di dalamnya Sultan Manshur Syah berkata, Maka dari itu, yang diharapkan dari sumber kasih sayang Tuan yang berbahagia, adalah menganugrahi kami sebuah titah kesultanan yang dapat menyatukan seluruh para pembesar rakyat kami dari kaum Muslimin supaya suara mereka bersatu padu dan bulat untuk menegakkan jihad di jalan Allah dan mengusir kaum kafir Nasrani itu dari negeri-negeri kaum Muslimin. Yang Dipertuan Muda Riau VIII, Raja Ali bin Raja Ja’much, dengan pembukaan surat yang sama persis dengan apa yang ditulis Sultan Manshur Syah Aceh, pada tahun 1857 mengajukan permohonan agar Kesultanan Riau diakui menjadi bagian daripada Khilafah Utsmaniyyah.Saya memohon dari sumber kasih sayang dan kelembutan Daulah’ Aliyyah(Khilafah Utsmaniyyah), semoga Allah mengabadikannya, agar Saya dijadikan di bawah naungannya untuk selamanya, dimana naungannya telah meliputi yang banyak dan yang sedikit, dan agar Saya digolongkan sebagai rakyat yang ada di bawah perlindungannya Ada satu alasan mengapa kemudian bendera Kesultanan Riau-Lingga, yang itu merupakan penguasa Selat Malaka itu sama persis dengan bendera Utsmaniyyah. Raja Ali Haji, yang merupakan saudara sepupu Raja Ali container Raja Ja’far, penguasa Riau yang mengajukan negerinya menjadi bagian dari Khilafah Utsmaniyyah, memberikan sumbangan keilmuan yang cukup besar bagi Nusantara yang salah satunya berupa “Bahasa Indonesia”, di mana tata bahasanya dirumuskan pertama kali di pulau ini. Sebagaimana Sultan Manshur Syah dari Aceh, dalam kondisi ini Sultan Thaha tidak melihat sumber harapan dan bantuan kecuali kepada Imam dan perisai kaum Muslimin yang satu, Khilafah Utsmaniyyah.Sultan Thaha Sayfuddin mengirim surat ke Khalifah Abdul Majid I di Istanbul pada 1 Juli 1858, dan di dalamnya ia berkata, Petisi yang dipersembahkan ke haribaan Yang Mulia ini datang dari Thaha Sayfuddin container Muhammad Fakhruddin, penguasa negeri di pulau Aceh yang bernama Jambi.Sultan Muhammad Dawud Syah, Sultan Aceh yang hidup di medan gerilya, berikhitiar mengirim suratnya ke Khalifah Abdul Hamid II by means of konsulnya di Batavia di tahun 1897, Mehmed Kamil Bey, seorang konsul Utsmani yang begitu membara dengan ghirah Islam.Jadi Sultan Dawud Syah ngirim utusan yang mengantarkan suratnya ke Mehmed Kamil Bey di Batavia pada bulan Juni 1897.(Syaikh Nawawi adalah)salah satu ulama Jawa yang di Tanah Hijaz yaitu di Makkah al-Mukarramah yang selalu memberikan motivasi kepada para jamaah haji, untuk setidak-tidaknya asyidda ”alal-kuffar, harus bisa punya sikap tegas terhadap orang-orang kafir sehingga keantian terhadap kolonialisme, keantian terhadap isti ‘mariyyah, itu sudah tercatat oleh Snouck Hurgronje yang ketika itu menyamar sebagai seorang da’i, seorang Muslim, seorang mu’allaf yang ketika itu sempat bermukim di Makkah mencatat siapa saja syaikh yang patut dicurigai.Termasuk juga di dalamnya adalah Syaikh Nawawi Banten. Kemudian jawaban Pak Tjokro itu yang kemudian dicatat oleh Rinkes sebagai Penasihat Urusan Bumiputra di kolonial Belanda waktu itu, bahwa jawaban Pak Tjokro waktu itu adalah, “Beliau ini adalah seorang Sultan, seorang Khalifah, naungan Allah di muka bumi yang melindungi kaum Muslimin di seluruh dunia.
Sultan Muhammad Dawud Syah, Sultan Aceh yang hidup di medan gerilya, berikhitiar mengirim suratnya ke Khalifah Abdul Hamid II using konsulnya di Batavia di tahun 1897, Mehmed Kamil Bey, seorang konsul Utsmani yang begitu membara dengan ghirah Islam.Jadi Sultan Dawud Syah ngirim utusan yang mengantarkan suratnya ke Mehmed Kamil Bey di Batavia pada bulan Juni 1897. Di tangan Gubernur Jenderal Van Heutsz, banyak kekuasaan Islam dapat diruntuhkan dan sultan-sultannya diasingkan ke negeri yang jauh.Segala upaya para sultan dan rakyatnya untuk menghubungi Khalifah di Istanbul dapat dipatahkan berkat nasihat-nasihat orang munafik Belanda yang begitu anti-Khilafah, anti-Jihad dan anti-Islam di gelanggang politik, Snouck Hurgronje.(Syaikh Nawawi adalah)salah satu ulama Jawa yang di Tanah Hijaz yaitu di Makkah al-Mukarramah yang selalu memberikan motivasi kepada para jamaah haji, untuk setidak-tidaknya asyidda ”alal-kuffar, harus bisa punya sikap tegas terhadap orang-orang kafir sehingga keantian terhadap kolonialisme, keantian terhadap isti ‘mariyyah, itu sudah tercatat oleh Snouck Hurgronje yang ketika itu menyamar sebagai seorang da’i, seorang Muslim, seorang mu’allaf yang ketika itu sempat bermukim di Makkah mencatat siapa saja syaikh yang patut dicurigai.Termasuk juga di dalamnya adalah Syaikh Nawawi Banten. Organisasi tersebut makin populer tidak hanya di kalangan pedagang, tapi juga seluruh rakyat jelata, yang mendorong perubahan nama dari Sarekat Dagang Islamiyah menjadi lebih umum, Sarekat Islam.Sebuah perserikatan umat Islam di Nusantara yang memiliki cita untuk membangkitkan kaum Muslim dari keterpurukan hidup di bawah penjajahan. Kemudian jawaban Pak Tjokro itu yang kemudian dicatat oleh Rinkes sebagai Penasihat Urusan Bumiputra di kolonial Belanda waktu itu, bahwa jawaban Pak Tjokro waktu itu adalah, “Beliau ini adalah seorang Sultan, seorang Khalifah, naungan Allah di muka bumi yang melindungi kaum Muslimin di seluruh dunia.Institusi pendidikan Islam
tertua di dunia Islam ketika itu, al-Azhar itu merespon keruntuhan Khilafah oleh Majelis Tinggi Turki itu dengan mengadakan suatu Muktamar Khilafah yang nanti akan mengundang wakil-wakil umat Islam dari Maghrib wal Masyriq, dari mulai bagian Barat dunia Islam sampai kemudian bagian Timur dunia Muslimin, dalam hal ini adalah kaum Muslimin di Hindia-Belanda Surat undangan dari al-Azhar diterima orang-orang Arab di Batavia yang segera menyambungkannya ke pimpinan Sarekat Islam, Tjokroaminoto Pada 4-5 Oktober 1924, Tjokroaminoto mengumpulkan para ulama dan tokoh pergerakan Islam di daerah Genteng, Surabaya untuk membahas undangan dari al-Azhar yang berencana menegakkan Khilafah kembali.Dari pertemuan di Surabaya ini, para ulama dari Sarekat Islam pusat dan cabang Muhammadiyah, al-Irsyad, at-Tadibiyah, Tasywirul Afkar, Ta ‘mirul Masajid, dan gerakan-gerakan Islam lainnya memutuskan untuk mendirikan Central Comite Chilaafat. Ketika para ulama dan tokoh pergerakan Islam di Nusantara dan dunia sudah menyiapkan ide dan tenaganya untuk menegakkan kembali Khilafah; negara penjajah yang menjadi adidaya saat itu, Inggris, segera bereaksi untuk mencegah usaha-usaha mereka.Inggris memainkan pion-pionnya di Timur Tengah untuk saling bersaing menjadi Khalifah sehingga umat menjadi bingung. Kaum Muslimin sedunia, termasuk di Nusantara, tidak akan pernah melupakan bahwa dulu seluruh dunia Islam pernah bernaung di bawah kepemimpinan yang satu, Daulah Khilafah.
Di kondisi genting seperti ini, muncullah Mustafa Kemal Atatürk, seorang yang tadinya hanya prajurit biasa di bawah komando Enver Paşa. Institusi pendidikan Islam
tertua di dunia Islam ketika itu, al-Azhar itu merespon keruntuhan Khilafah oleh Majelis Tinggi Turki itu dengan mengadakan suatu Muktamar Khilafah yang nanti akan mengundang wakil-wakil umat Islam dari Maghrib wal Masyriq, dari mulai bagian Barat dunia Islam sampai kemudian bagian Timur dunia Muslimin, dalam hal ini adalah kaum Muslimin di Hindia-Belanda Surat undangan dari al-Azhar diterima orang-orang Arab di Batavia yang segera menyambungkannya ke pimpinan Sarekat Islam, Tjokroaminoto Pada 4-5 Oktober 1924, Tjokroaminoto mengumpulkan para ulama dan tokoh pergerakan Islam di daerah Genteng, Surabaya untuk membahas undangan dari al-Azhar yang berencana menegakkan Khilafah kembali.Dari pertemuan di Surabaya ini, para ulama dari Sarekat Islam pusat dan cabang Muhammadiyah, al-Irsyad, at-Tadibiyah, Tasywirul Afkar, Ta ‘mirul Masajid, dan gerakan-gerakan Islam lainnya memutuskan untuk mendirikan Central Comite Chilaafat. Ketika para ulama dan tokoh pergerakan Islam di Nusantara dan dunia sudah menyiapkan ide dan tenaganya untuk menegakkan kembali Khilafah; negara penjajah yang menjadi adidaya saat itu, Inggris, segera bereaksi untuk mencegah usaha-usaha mereka.Inggris memainkan pion-pionnya di Timur Tengah untuk saling bersaing menjadi Khalifah sehingga umat menjadi bingung. Masih ada sekarang di kalangan umat yang masih tetap kehilangan atas kerinduan kebersatuan umat Islam di seluruh dunia itu. Kaum Muslimin sedunia, termasuk di Nusantara, tidak akan pernah melupakan bahwa dulu seluruh dunia Islam pernah bernaung di bawah kepemimpinan yang satu, Daulah Khilafah.